Ini adalah sepojok area di apartemen studio saya yang luas keseluruhanya hanya 20 meter persegi. Space yang saya tata ini semoga menjadi penyemangat untuk sosok yang belum konsisten dengan niche channel youtube ini. Ngeyutub sejak 9 tahun lalu, kenapa subscriber masih ratusan saja? Mungkin saya kurang genuine, kurang punya keunikan, dan yang pasti kurang konsisten.
Algoritma google termasuk youtube berganti-ganti, dan sayangnya itu misterus kadang-kadang. Kapan bergantinya, bagaimana detail prosesnya, wallahu a’lam. Kita pasti tahu banget lah ya, kalau youtube sejak 2017 sampai 2021 ini sudah semakin riuh. Dulu kita melihat konten-konten yang emang berkualitas. Sekarang, entah kenapa kalau buka youtube dan secara random klik channel yang direkomendasikan maka…huft.
Ooh, konten reaction bertebaran. Lagu nih ya, kalau jaman kemarin-kemarin itu dibuat cover…sekarang dibuat reaction. Ahhahaha, lebih mudah kan? Jadi apakah niche khusus semacam cooking, education, sains, beauty, fashion, gadget, etc. Masih penting?
Membangun branding for channel/social media/ personal. Tentu dong ya, sama halnya dengan blog ataupun socmed lain. Ya kita atau channel kita itu mau dikenal sebagai apa? Expert di bidang apa? Karena kalau orang engga sengaja masuk ke channel youtube kita lalu menemukan video lain yang orang tersebut masih related, bisa jadi dia akan subscribe dengan loyal. Kalau video kita campur-campur, kecuali kita sudah terkenal banget ya…subscriber enggak akan cepet (SAYA BUKTINYA). Viewers lumayan, tapi subscriber hanya circle sendiri saja.
Kalau prank ya prank semua, tips ya tips semua, ahhaha. Kayaknya secara mata manusia, saya lebih suka channel yang fokus dengan 1 tema deh. Kecuali channel orang terkenal ya.
Tidak perlu ekstrim menghapus channel sih, sama halnya dengan ketika saya struggle dengan niche blog. Ngakalinnya dengan membuat ciri khas. Saya batasin ‘kerandoman’ saya dalam beberapa topik yang saya posting dengan hari yang telah saya tentukan.
Nah, mau tahu engga sih lanjutan tips dari saya?