Menjelang acara reuni SMP, saya dihantui oleh verbal bullying yang saya alami di sekolah. “Itu kan sudah lama,” kata teman-teman yang saya curhati tentang kecemasan saya.
Saya terhenyak. Iya ya kan sudah hampir 50 tahun berlalu. Saya juga tidak pernah memikirkan atau mengingat peristiwa itu. Namun tanpa saya sadari, ketika akan bertemu dengan sosok yang sering mem-bully saya dulu, saya bereaksi.
Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang, baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya (APA, 2023). Definisi lain mengatakan bahwa bullying dilakukan secara sengaja, terus-menerus, oleh pihak yang lebih kuat.
Mengacu pada definisi-definisi di atas, kejadian yang saya alami ketika bersekolah termasuk kategori bullying. Menyakiti (secara verbal)? Ya, Xaman (bukan nama sebenarnya) bercuit setiap hari bila kami bertemu. Sengaja? Yalah. Dia langsung mengejek sewaktu kami berpapasan atau berhadapan. Terus menerus? Pasti. Bully-nya berlangsung terus-menerus. sejak kami duduk di SD hingga SMP. Pihak lebih kuat? Hmm … Dia lelaki tapi tubuhnya tidak besar. Soal prestasi akademik, sorry to say, dia bukan anak pintar. Dia hanya lebih berani bersuara nyaring dibanding saya yang pendiam.
Baca kelanjutannya di blog saya.