Supervisor gue punya teaching asisten (TA) yang paling dekat dan selalu dapat diandalkan. Mari kita panggil ia, Daniel. Gue bertemu Daniel pertama kali di sebuah acara yang diadakan di kediaman supervisor. Kami hanya saling berkenalan singkat, belum pernah ngobrol banyak.
Sore itu, saat berjalan menuju halte bus setelah selesai mengerjakan tugas di perpustakaan, gue melihat Daniel sedang merokok di taman dekat kantornya. Gue melambaikan tangan saat Daniel juga melihat ke arah gue. Ia mengubah dan menggeser posisi duduknya seolah memberi ruang untuk gue. Gue pun mampir menyapa.
“How is it going?” tanyanya sambil mengepulkan asap rokok dan mematikan rokoknya. Gue merespon ramah sambil mengambil tempat di sebelah Daniel. Kami berbasa-basi sejenak sebelum akhirnya Daniel curhat dan ngobrol serius.