Yang namanya perempuan itu harus bisa masak, telaten mengurus pekerjaan rumah tangga, harus lemah lembut, dan berbagai hal lainnya tentang perempuan yang dijejalkan ke telinga saya sejak kecil. Terus terang, hal itu cukup membuat saya tertekan. Bagaimana tidak, saya tidak segitu antusias dengan citra perempuan yang mereka harapkan. Saya lebih senang membaca buku, bertualang, atau menulis …
Bisa dibilang keterampilan memasak saya tidak sejago teman-teman perempuan lainnya. Saya ingat, sebagai anak tunggal yang dibesarkan tanpa kasih sayang seorang ibu, memasak merupakan momok yang menyebalkan buat saya. Ada begitu banyak tuntutan. Mau coba belajar masak, yaa nggak ada yang ngajarin. Kala itu, belum ada internet yang bisa diandalkan seperti sekarang. Baca buku resep, malah tambah pusing sama nama bahan-bahannya yang aneh-aneh. Alhasil, saya belajar sendiri, sekadar masak makanan sederhana. Itung-itung, keterampilan buat bertahan hidup.