“Lock me up and throw away the key
He knows how to get the best of me
I’m no force for the world to see
Trade my whole life just to be..
Top of the world, but I’m still not free
This is a secret that I keep
Until it’s gone, I can never find peace
Waste my whole life just to be…”
Lirik lagu, “One of the Girls” yang diambil dari lagu baru yang dinyayikan oleh the Weeknd, JENNIE dan Lily-Rose Depp ini adalah lirik lagu yang terus menerus saya ulang dalam beberapa waktu ini.
Lagu yang menjadi salah satu andalan dari TV Serius dari HBO dengan judul “The Idol” ini menjadi lagu yang cukup ditunggu oleh penggemar. Termasuk saya.
Ketika mendengar mengenai preview-nya, saya sudah penasaran dengan keseluruhan lagunya. Liriknya, itu yang sungguh saya tunggu-tunggu.
Ketika mendengar dan menikmati lagu ini, ada beberapa hal menarik yang menjadi perhatikan saya, yang kemudian saya jelaskan dalam beberapa catatan sebagai berikut:
…
Rasa terkurung, terpenjara atau terkungkung dalam satu tempat yang sempit, adalah kesan yang saya rasakan ketika mendengarkan kalimat pertama, “Lock me up and throw away the key…”
Rasa terkurung dan terpenjara ini, menimbulkan rasa sesak dan tidak nyaman, yang sungguh menyiksa. Lalu, siksa ini berlangsung lama, ditandai dengan kata “thow away the key..” Penyebab dari perasaan seperti ini adalah, “He knows how to get the best of me”, yang kemudian saya artikan sebagai tekanan atau bahkan penjajahan atas diri seseorang yang dilakukan oleh oknum.
Kadang, tindakan untuk mendorong seseorang untuk menjadi “the best version of themselves” dapat menjadi dorongan yang berbentuk dua mata pedang, yaitu menjadikan individu ini menjadi kuat dan tangguh, atau menjadikan individu ini menjadi seseorang yang mengalami sakit jiwa dengan tingkat kesembuhan yang sulit.
Selanjutnya, muncul pula hal yang menyedihkan, yang diekspresikan dalam lirik “I’m no force for the world to see. Trade my whole life just to be..” Dalam perspektif para Idol, terutama yang paling sering saya perhatikan, yaitu dalam dunia hiburan Korea, banyak anak-anak muda yang harus menukarkan masa-masa remaja dan masa mudanya dengan masa bekerja keras dalam tekanan yang impossible tiada henti. Mereka harus menukar kesenangan dan kebahagiaan masa mudanya dengan kerja keras dan perjuangan yang tak ada akhirnya, belum lagi harus berhadapan dengan berbagai kritikan yang tak kenal ampun dari para netizen.
Ini adalah realita yang sangat menyedihkan. Miris.
“Top of the world, but I’m still not free
This is a secret that I keep..”
Sebagai orang biasa, golongan fans, saya hanya dapat melihat dari kejauhan hidup para idol dari layar gadget. Sungguh, tak ada bayangan sedikit pun tentang hidup keseharian mereka, dan bahkan perjuangan mereka untuk mencapai titik saat ini.
Beberapa catatan yang pernah saya lahap, menunjukkan realita yang keras dan kejam, bahwa pada Idol ini, jauh dari bahagia dan hidup yang bebas. Mereka tidak dapat melakukan apapun sesuka mereka, dan sungguh tidak dapat bertindak sesuai dengan yang mereka inginkan. Semuanya harus sesuai script, dan harus sesuai dengan persetujuan dari orang-orang yang memiliki pengaruh atas hidup mereka. Orang-orang yang berada di belakang atau di balik layar.
Menyedihkan memang.
Ya, meskipun kalau kita pikir kembali siapa sih manusia yang bebas di dunia ini. Tak ada yang benar-benar bebas, selain mereka yang berada di penjara dan orang gila!
Kita yang menggolongkan diri sebagai orang yang waras, tidak akan pernah bebas atau benar-benar bebas. Ada begitu banyak aturan dan hal-hal yang harus terus kita pertimbangkan setiap kali kita berbicara atau bertindak.
Untuk alasan inilah mengapa para filsuf mendorong banyak orang untuk menemukan kebebasannya dari keterikatannya, dan menaruh nilai tinggi pada kemampuan untuk menemukan permata kebebasan dari jerat keterikatan.