Di tengah hiruk-pikuk dunia modern yang menuntut segalanya serba cepat, kadang kita lupa bahwa jiwa pun punya kebutuhan untuk istirahat, mendengar, dan menyembah. Dalam pencarian akan ketenangan batin itulah, saya menemukan sebuah permata klasik yang sangat relevan meski ditulis lebih dari 900 tahun lalu—Ikhtisar Ihya’ Ulumiddin, karya agung Imam Al-Ghazali yang diringkas dan diterjemahkan secara elegan oleh Penerbit Turos, lengkap dengan pengantar reflektif dari Dr. Fahruddin Faiz.
Ikhtisar ini bukan hanya ringkasan, melainkan pemilahan bagian-bagian esensial yang memudahkan kita—yang sibuk, kadang lelah, dan sering lalai—untuk tetap bisa mencecap hikmah dari lautan ilmu Imam Ghazali.
Membaca buku ini seperti berbicara dengan seorang guru ruhani yang penuh kasih.