Kembali lagi ke cerita tentang Yogyakarta. Kemarin membahas tentang wisata alamnya, sekarang mau membahas mengenai kulinernya, lebih tepatnya kulinerannya seorang “budak corporate“. Kuliner di Yogyakarta memang banyak dan murah-murah, mulai dari angkringan pinggir jalannya, burjo/warmindo, tempat ngopi, sampai makanan kelas atas juga tersedia. Sebelumnya berbicara tentang burjo, ada sedikit cerita lucu yang kualami saat pertama kali menginjakkan kaki di Yogyakarta. Bisa dibilang semacam culture shock. Jadi sebelumnya 4 tahun kuliah di Malang, kemudian langsung ke Yogyakarta untuk bekerja. Sampainya di Yogyakarta diajaklah sama teman untuk makan ke burjo, dan dia mengatakan “burjo tu tempat makan paling enak di Yogyakarta. Udah murah juga, jadi incaranlah pokoknya.” Disini aku masih mengiyakan sambil berpikir, “makan burjo, dan jadi incaran, burjonya seperti apa ya.“, karena dipikiranku burjo adalah bubur kacang ijo. Eh, setelah dijelaskan ternyata burjo yang dimaksud adalah warmindo. Baiklah, sejak saat itu memang lebih enak ngomong “ayo ke burjo” daripada panjang-panjang ngomong “ayo ke warmindo” hehehe.