Menggali Kearifan Islam untuk Keluarga Muslim Harmonis bersama Chanelmuslim.com
30 May, 2023
Sakinah Mawaddah Warahmah adalah puncak cita-cita yang selalu diaminkan oleh keluarga muslim di mana saja, tanpa terkecuali. Segala upaya kebaikan dalam berumah tangga diharapkan akan selalu bermuara pada tiga kata tersebut.
Makna sakina, mawaddah, dan rahmah sangat penting dalam membentuk ikatan yang kokoh dan penuh berkah antara pasangan suami dan istri. Dengan adanya kedamaian (sakinah), cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah) dalam hubungan perkawinan, pasangan suami istri dapat membangun rumah tangga yang bahagia dengan landasan yang kuat.
Jalan menuju Sakinah Mawaddah Warahmah tidak selalu mulus dan lurus, tetapi berkelok dan dipenuhi kerikil berupa konflik, perselisihan, ujian, dan masalah.
Saya baru saja genap menikah selama satu tahun. Karena umur perkawinan kami yang terbilang baru ini, maka masih banyak hal yang perlu kami pelajari, perbaiki, dan renungkan dalam berumah tangga. Tidak ada keluarga yang sempurna, karena memang masing-masing insan diciptakan dengan kekurangan.
Salah satu fungsi diciptakannya manusia berpasang-pasangan adalah untuk saling melengkapi kekurangan satu sama lain dengan kelebihan, di situ lah letak kesempurnaan yang sebenarnya.
Saat masalah menimpa rumah tangga, saya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak bercerita dan mencari konsultasi dari sembarang orang. Selayaknya pasangan suami istri di luar sana, saya pernah mencari informasi dan solusi berumah tangga secara online melalui internet. Pasti teman-teman yang lain juga pernah, kan? Saya yakin saya tidak sendiri.
Beruntungnya, dengan kemajuan teknologi, segala bentuk informasi lebih mudah untuk dicari. Bermodalkan smartphone dan search engine, jawaban dari hampir segala bentuk pertanyaan bisa ditemukan, termasuk solusi syariat untuk beragam isu dalam rumah tangga.
Meskipun internet memang memberikan kemudahan dalam pencarian informasi, tetapi masih terdapat beberapa kendala yang saya hadapi. Saya sempat kewalahan mencari sumberi informasi yang kredibel dan bermutu dari lautan informasi di internet. Banyak situs-situs yang kurang mengedepankan kualitas dengan konten tulisan yang terlalu basic dan kurang membantu.
Syukur Alhamdulillah saya tak sengaja menemukan akun instagram Chanelmuslim.com di halaman explore saya. Saya langsung takjub dengan keberagaman informasi yang ditawarkan dan kredibilitas isi konten dari Chanelmuslim.com, cara penyampaiannya pun sangat menenangkan hati dan mudah dipahami.
Belum puas saya menjelajahi akun instagram Chanelmuslim.com, saya langsung bergegas membuka situs web Chanelmuslim.com via browser. Membaca-baca tulisan situs web Chanelmuslim.com bikin lupa waktu, karena memang isinya berkualitas. Kalalu kata anak sekarang “isinya daging semua”, top!
Selain topik-topik seperti rumah tangga, fakta-fakta pranikah, hubungan dengan mertua, teknik parenting, psikologis, dan tumbuh kembang anak, Chanelmuslim.com juga turut mengeksplor ragam topik islami seperti hukum syariah, tips umroh, trend fashion muslim, travel, tips dan fakta kesehatan, resep masakan ciamik, dan lain-lain. Namun, tulisan yang paling menarik perhatian saya adalah pada bagian rubrik Jendela Hati.
Kenapa saya suka dengan tulisan-tulisan Jendela Hati? Karena membacanya tidak seperti membaca artikel web pada umumnya, tetapi seperti sedang ngobrol dan curhat dengan sosok ibu. Sosok ibu cerdas yang apa adanya, yang senang membicarakan tumbuh kembang anaknya, dan senang berkelakar tentang lika-liku dunia yang semakin hari semakin aneh saja.
FYI, ternyata rubrik Jendela Hati itu ibarat sub-chanel dari Chanelmuslim.com. Tulisan-tulisannya dibuat langsung oleh founder Chanelmuslim.com, yaitu ibu Fifi. P. Jubilea. Meski belum saling mengenal, tetapi saya merasa menemukan sosok teman sekaligus mentor dalam tulisannya. Dalam satu titik, bahkan saya merasa seperti menemukan diri saya sendiri dalam tulisan-tulisannya.
Ada sedikit rasa tidak percaya sekaligus bangga dalam hati saya ketika saya mengetahui bahwa sosok inspiratif seperti ibu Fifi memiliki masa kecil yang tidak jauh berbeda dari saya. Diskriminasi sudah menjadi makanan sehari-hari bagi saya sewaktu kecil. Dulu saya memang belum punya apa-apa, bapak ibu saya bukan orang berada, orang seperti kami memang familiar dengan luka nestapa.
Diskriminasi membuat saya tumbuh menjadi sosok yang kurang percaya diri. Yang terekam dalam memori saya adalah sekeras apapun saya berusaha, saya tidak akan pernah dihargai. Saya juga menjadi anti dalam meminta pertolongan, karena pertolongan memang tak pernah menghampiri, kecuali dari sang ilahi. Saya adalah sosok yang selalu mengandalkan diri sendiri.
Saya bersyukur sekarang sudah memiliki segala hal yang dulu saya ‘semogakan’. Kemampuan finansial saya pribadi sudah sangat cukup, ditambah sekarang saya memiliki suami yang luar biasa sepaket dengan keluarga mertua yang baiknya kebangetan dan gak masuk akal, sampai saya sering ngebatin “Kok ada ya keluarga sebaik ini?”
Ada satu kutipan dalam artikel tersebut yang sangat setujui:
“Semua perlakuan yang kita dapatkan di masa kecil akan berpengaruh pada bagaimana kita berlaku ketika kita dewasa”
Pikiran saya jadi terbuka. Saya yang sekarang memang produk dari masa kecil saya.
Saya yang sekarang selalu melakukan segala hal sendiri, tidak suka dibantu, dan jarang mengkomunikasikan kesulitan yang saya hadapi.
Padahal sekarang saya sudah bersuami. Segala hal sepatutnya dikomunikasikan. Saat ini saya bukan lagi kapten dari kapal yang mengarungi lautan bernama kehidupan. Sesaat setelah ijab kabul diucapkan, kini kendali kapal sudah bukan lagi milik saya.
Saya akhirnya putuskan untuk terbuka dan mengkomunikasikan masa lalu saya. Apa yang mengganggu pikiran saya, hal-hal yang saya harapkan dari suami saya, alasan mengapa saya begini dan begitu. Sekarang saya bagaikan air laut di Polynesia, sangat transparan, tidak ada lagi yang saya sembunyikan.
Keterbukaan saya terhadap masa lalu ternyata men-trigger suami saya untuk turut membuka diri. Dia juga bercerita tentang ini dan itu. Alasan dibalik sikap dan kebiasaannya kini sudah saya ketahui. Lega rasanya. Ternyata berkomunikasi itu seenak dan semudah ini.
Salah satu hal yang dibenci Allah adalah suudzon alias berprasangka negatif. Kalau kita tidak terbuka, justu memancing adanya prasangka negatif dalam diri orang lain. Maka komunikasi sangatlah penting, apalagi dalam berumah tangga. Sudah setahun menikah, saya baru paham hal-hal mendasar begini.
Oia, bicara soal suudzon mengingatkan saya dengan artikel dari Chanelmuslim.com yang pernah saya baca, yang berjudul: 12 Pemicu Pertengkaran Suami Istri. Salah satu pemicu pertengkaran suami istri adalah jika salah satu atau salah dua di antara kita ada yang selalu berpikiran negatif. Setelah berselancar berlama-lama di Chanelmuslim.com saya menemukan korelasi antar masing-masing artikel, karena tiap artikelnya sangat terstruktur, simple, dan terorganisir.
Selain tulisan yang berkualitas dan membantu menjadi pedoman keluarga muslim Indonesia, situs Chanelmuslim.com juga memberikan pengalaman user interface yang menyenangkan. Font tulisan cukup besar dan jelas, navigasi menu juga terstruktur dengan rapih, tata letak (layout) situs web nya juga tidak membingungkan, dan yang terpenting: iklan-iklan yang ditampilkan dalam situs web tidak berlebihan dan tidak makan tempat.
Situs web Chanelmuslim.com juga termasuk fast-loading, sehingga tidak berat, dan nyaman untuk dibaca di berbagai device, tidak hanya pada PC atau komputer saja.
Oh ya, saya senang sekali dengan situs-situs web yang memiliki night mode alias mode malam. Terkadang kalau terlalu lama melihat layar, mata jadi mudah lelah. Dengan adanya mode malam ini, kita bisa lebih nyaman berlama-lama membaca tulisan di layar.
Nah, tunggu apalagi?
Butuh bahan bacaan dengan beragam topik islami? Sedang mencari media pendidikan dan keluarga Indonesia? Yuk, kunjungi Chanelmuslim.com, dan dapatkan tulisan menarik nan otentik!
Meski bernama Chanel Muslim, situs web ini sebenarnya menyasar seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya untuk keluarga muslim. Beberapa rubrik tulisan Chanelmuslim.com dapat diterapkan secara universal.