fbpx

Palestina Derita Tanpa Henti

31 October, 2022

By: Nurul Rabiatul Adawiyah

Every day we tell each other
That this day will be
Will be the last and tomorrow
We all can go home free
And all this will finally end
Palestine tomorrow will be free
Palestine tomorrow will be free
No mother, no father to wipe away my tears
That’s why I won’t cry
(maher zain: palestine)

Begitu kira-kira lirik lagu diatas seolah menjadi moment yang di impikan warga palestina yang menginginkan sebuah kebebasan. Tentu siapapun yang terjajah pasti menginginkan kebebasan, pasti ingin merasakan hidup tenang, pasti menginginkan kehidupan yang penuh dengan kedamaian.

Tapi mengharapkan sebuah kebebasan di fase saat ini mungkin sangat tipis, bertahun-tahun negeri ini (palestina), bumi para nabi, sebuah negeri yang begitu banyak membawa sejarah bagi umat muslim yang hingga kini masih terus dijajah, masih terus diperebutkan oleh orang-orang yang serakah. Dan hal ini bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa bangsa israel masih terus menyerang palestina.

Menurut pantauan PBB, ada lebih dari 500 serangan pada tahun ini hingga 10 Oktober, orang-orang Israel menyerang, memukul, melempar batu, menghancurkan rumah-rumah penduduk, Bom gas air mata, bahkan mereka menggunakan senjata api.
Serangan itu dilakukan oleh pemukim Israel yang bengis atau tentara yang ada di sana. Selain menyerang di jalan-jalan, mereka pun tidak ragu melakukannya di sekolah, seperti di Sekolah Menengah Anak Laki-Laki Huwwara pada 4 Oktober silam.

Kepala sekolah Abdulhameed Shehadeh memastikan keamanan kepada 350 murid-muridnya setelah mendapatkan serangan kekerasan. Bahkan dimana salah satu pemukim mengarahkan pistol kepada guru dan murid. Beliau mengatakan “”I fear for the lives of my students,” kata kepala sekolah berusia 53 tahun, yang menghadapi para pemukim selama serangan itu. Dikutip (www.aljazeera.com, Rabu 19/10/22)

Bahkan dibagian tepi barat tepatnya Khirbet al-Fakheit. Warga palestina yang singgah disana pun mendapatkan pengusiran yang dilakukan oleh bangsa Israel, ratusan warga palestina mencoba tinggal kembali ke bentuk perlindungan yang lebih tua yaitu, tinggal di gua bawah tanah.

“Kami tidak punya rumah untuk ditinggali dan tidak ada tenda kami tidak punya pilihan selain tinggal di gua”. Kata Wadha Ayoub Abu Sabha yang berusia 65thn merupakan seorang penduduk desa Khirbet al-Fakheit, di daerah pedesaan Israel. Tepi Barat yang diduduki yang direncanakan militer akan direbut. Dikutip (www.nytimes.com, Rabu 19/10/22)

Nasib warga palestina terus saja didera kesusahan, dan terus dalam ancaman keselamatan, termasuk pengusiran.

Bahkan warga palestina yang berada di luar palestina pun masih diburu Israel, persoalan palestina tidak akan pernah terselesaikan dengan tuntas karena tidak ada kekuatan yang membela perjuangannya. Kalau pun ada yang menolong itu hanya sekedar membawa nama pribadi atau kelompok tertentu, bantuan yang sering diberikan juga hanya sekedar kebutuhan domestik, sangan pangan, ataupun tenda. Jika pun misalnya ada negara yang turut membela, mereka hanya sekedar bisa memberikan kecaman saja kepada bangsa Israel. Dan solusi yang ditawarkan pun tidak lepas dari arahan PBB.

Coba kita perhatikan PBB siapa yang mendirikan? Siapa pendukungnya? Dan siapa pula bangsa israel itu? Nah disitu kita perlu melihat sebelum mengharapkan kemerdekaan untuk palestina kepada PBB.

Tapi kalau dipikir-pikir banyak umat muslim di dunia ini tapi kok hanya bisa diam melihat penderitaan saudaranya dipalestina, kok hanya cuma bisa menonton, kok tidak bisa turut andil berjihad untuk kemerdekaan palestina. Kenapa bisa seperti itu? Semenjak intitusi Islam runtuh pada tahun 1924 Masehi wilayah daulah Islam terbagi-bagi menjadi beberapa bagian setelahnya di tanamkanlah sekat-sekat nasionalisme di tengah-tengah masyarakat pada saat itu

Ikatan nasionalisme tumbuh ketika pola pikir umat mulai merosot. Saat itu, naluri mempertahankan diri berperan mendorong mereka mempertahankan negerinya dan menggantungkan diri. Ikatan nasionalisme ini tergolong ikatan yang paling lemah, kenapa bisa dikatakan lemah? Karena ikatan nasionalisme ini senantiasa sifatnya emosional. Ikatan semacam ini muncul ketika ada ancaman dari pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukan suatu negeri, walau demikian negeri-negeri lain tidak boleh ikut campur terhadap urusan bangsa lain. Disinilah rendahnya nilai ikatan ini.

Ikatan nasionalisme ini seperti belenggu yang menjadi racun menghalangi kaum muslim untuk membela penderitaan saudara seaqidah di belahan negeri lain. Dengan paham nasionalisme ini kebanyak dari kaum muslim di berbagai negeri tidak lagi menganggap masalah Palestina sebagai persoalan dunia Islam, tetapi hanya problem rakyat Palestina sendiri.

Rasulullah Saw pernah mengatakan dalam sebuah hadits

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari No. 6011 dan Muslim No. 2586)

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah saw. bersabda,

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Permisalan seorang mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti bangunan yang menguatkan satu sama lain.” (HR Bukhari No. 6026 dan Muslim No. 2585)

Dalam dua hadits diatas menggambarkan bahwa hubungan kaum muslim, di mana saja berada, meskipun berasal dari berbagai suku, ataupun bangsa selama memegang akidah yang sama, yaitu Islam, mereka adalah saudara. Kaum muslim hendaknya saling membantu, membela, dan memperhatikan setiap kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi. Oleh karena itu seyogianya seluruh kaum muslim di dunia ini menganggap masalah Palestina sebagai problem yang wajib diselesaikan bersama.

Ketidaksamaannya sikap pemimpin muslim di berbagai negeri ini yang menjadikan polemik utamanya. Masing-masing negeri sibuk untuk saling mempertahankan negerinya. Jadi umat muslim saat ini terutama untuk kemerdekaan palestina, sebelum mengharapkan kemerdekaan hakiki untuk palestina adalah kita membutuhkan sebuah junnah (perisai) yang berlandaskan Islam, membutuhkan seorang pemimpin yang menjadikan Islam sebagai mabda dalam negera.

Pemimpin yang mampu menyatukan seluruh dunia Islam. Pemimpin sebagaimana yang digambarkan Rasulullah, dicontohkan para sahabat, dan para khalifah setelahnya. Keberadaan pemimpin ini dapat menyatukan kaum muslim.

Setelah umat muslim bersatu, Khilafah akan mengerahkan segala daya dan upaya untuk membebaskan Palestina. Jadi, hanya
Hanya khilafah lah yang akan mampu menciptakan keamanan dan ketentranan untuk bangsa Palestina, hanya Khilafah yang akan membuat mimpi pembebasan Palestina menjadi nyata.

Wallahualam bissawab.

Next Post:

Sejarah Halloween

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Nurul Rabiatul Adawiyah
Hallo...! Terimakasih telah membaca tulisan-tulisan teh nurul.. mohon kritik dan sarannya di kolom komentar yang bersifat membangun yah😊 Terimakasih.. Salam NRA

Halo, !

Categories

More than 3500 female bloggers registered

PT. PEREMPUAN DIGITAL INDONESIA
Cyber 2 Tower 11TH Floor JL HR Rasuna Said Jakarta Selatan

calendar-full
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram