Berharap pasangan kita selalu jujur, namun disatu sisi kita juga sering tidak terbuka atau bahkan sering bohong dibelakang pasangan kita. alih-alih untuk menghindari keributan, ketidakjujuran dan ketidakterbukaan malah akan menimbulkan dampak besar. bisa saja pasangan kita merasa dibohongi. merasa sakit hati. jika kekecewaan itu sudah menumpuk, tak ayal rasa cinta dan puji yang dulu pernah ada jutrsu berubah jadi rasa benci dan sumpah serapah.
dalam kasus paman saya ini, memang dia tidak ada hubungan apa-apa dengan si teman wanitanya itu, sekedar sahabat karib yang sudah lama tidak saling berkabar, ya at least begitulah pengakuannya. paman tidak pernah cerita soal ini ke istrinya karena khawatir akan terjadi salah paham dan keributan. toh karena tidak ada apa-apa, jadi mengapa harus cerita ke istri, pikirnya. alih-alih menghindari keributan, justru ketidakterbukaannya itulah justru nyaris membuat rumah tangganya hancur.
Keterbukaan dan keikhlasan. itulah pondasi yang penting dalam rumah tangga. bukan untuk menggurui dalam hal ini. Namun inilah yang menjadi pegangan dan prinsip untuk saya dan suami dalam menjalani rumah tangga ini.
mungkin tidak banyak pasangan yang siap menceritakan masa lalu nya terutama keburukannya dimasa lalu kepada istri atau suaminya. khawatir pasangan kita salah paham atau bahkan merasa hal tersebut tidak perlu untuk dibicarakan lagi, kan sudah move on. Namun tidak begitu bagi saya dan suami.
sebelum menikah alias masa-masa pacaran dulu, suami saya (waktu itu masih calon suami) sudah menekankan kepada saya soal keterbukaan ini. dia bercerita siapa saja mantan kekasihnya, perjalanan cintanya sampai “borok” yang sudah dia lakukan sebelum bertemu dengan saya. sampai-sampai pernah suatu ketika saya dikenalkan dengan mantan nya. tidak sengaja sebenarnya, kami bertemu sang mantan ini disuatu mall. saat itu sang mantan sedang jalan bareng dengan keluarganya. Bayangin saya dikenalkan dengan mantan yang katanya mantan terindah itu dan calon mertua calon suami saya dalam suatu kesempatan.