Pada tulisan sebelumnya..
Sekitar 2 minggu aku terdampar di negara ini. Bersama seseorang yang kelak katanya setelah keluar dari penjara ia akan melancarkan usaha untuk menuntut balas terhadap orang-orang yang telah mengkhianati dirinya. Sekilas aku meragu sekaligus turut bersimpatik dan merasa iba, ingin tau ceritanya lebih jauh lagi. Kemudian, dengan rasa semangat yang sedikit berlebihan, aku mengikuti perjalanannya, hendak mengetahui kebenaran—apakah betul dia adalah korban fitnah.
Mula-mula, ceritanya tidak begitu jelas, banyak berita yang nampak kabur, kebenaran masih berusaha disembunyikan. Lambat laun, ia mulai membeberkan bagaimana kisahnya. Ia bercerita tentang bagaimana pertemuan pertama dengan orang-orang terdekatnya, bagaimana ia menjadi pemuda yang sukses, disegani dan dihormati banyak orang hingga tragedi itu menimpa dirinya. Lantas masyarakat pun memandangnya sebelah mata.
Setengah perjalanan dimulai aku mulai merasa jenuh dan berasumsi kalau orang ini hanya bergurau dan membesar-besarkan masalah. Hingga suatu saat aku bertambah lelah dengan segala tingkah lakunya yang impulsif dan dikuasai dendam. Ia mulai memperlihatkan watak aslinya, seketika hidupnya sedang terancam.
Kemudian dengan lagaknya yang arogan dan keras kepala ia membiarkan dirinya larut ke dalam amarah bertubi-tubi. Mempersilakan rasa dengki dan dendam yang mulai merambah ke seluruh jiwa dan hati. Dengan percaya diri mengatakan kalau ia adalah korban atas pengkhianatan, ia beranggapan bahwa orang-orang itu pantas mendapatkan hukuman. Ya .. orang-orang tidak tahu diri.
Apapun dan bagaimanapun caranya..