Saya tahu banyak pembaca blog ini yang menantikan progres hasil treatment di Erha. Setahun yang lalu saya kembali ke Erha setika kulit saya benar-benar ‘gradakan’. Sebelumnya pernah perawatan di Erha, namu terputus setelah saya sibuk banget ngurus ini itu. Dimuali dari peeling, lalu pada treatment selanjutnya saya merasakan yang namanya CRT. Ketika wajah ditusuk jarum-jarum ukuran mikro. Penuh darah, cekit-cekit, musti bayar pula, tapi tak mengapa ya sebab beauty is pain.
Untuk yang baru baca tulisan ini, sebaiknya baca dulu ya cerita lenhkapnya di sini:
Treatment Erha menghilangkan jerawat part 1
Treatmant Erha menghilangkan jerawat part 2
Seharusnya setelah CRT pertama, sebulan kemudia saya musti tratment lagi. CRT lagi agar semakin mulus bekas jerawatnya. Akan tetapi pandemi menyerang, PSBB, riweuh sana-sini, akhirnya saya konsultasi dengan dokter via whatsap.
Bekas CRT saya cukup bagus meski baru cuma sekali. Niatnya sebelum mudik lebaran tuh CRT lagi, terpaksa cancel. Dokter melihat progres wajah lewat foto yangs aya kirimkan. Saran beliau sih melanjutkan krimnya saja dulu. Akhirnya saya nebus beberapa krim ketika sudah habis. Jadi, selepas CRT itu krim belum putus.
Pola hidup saya semenjak pandemi agak membaik. Selain karena engga begitu sering keluyuran, saya juga jadi jarang begadang. Jarang itu maksudnya dalam seminggu ya 3 kali begadang lah, ehhe. Engga separah ketika masih kuliah aktif, bisa tiap malam begadangan.
Jerawatan makin jarang, kalaupun saat mens ya munculnya engga keroyokan gitu. Masalah kulit yang ada tinggal kulit kering. Maklumlah saya termasuk yang minum air putihnya dikit padahal berada di ruang AC terus-menerus.
Akhir 2020 saya mmeutuskan untuk lepas dari krim-krim Erha. Alasannya karena biar lebih murah dan bisa mix sana sini. Perkembangan skincare lokal semkain gila-gilaan sih. Engga ada lagi cerita beli serum 500k seperti dulu. Makin banyak pilihan dengan ingredients seperti skincare impor, pun harganya sangat terjangkau dompet.