Aku tiba terlambat, asrama penuh. Aku harus mencari kamar di luar kampus. Begitu kata Cecily Wang yang bertugas di meja registrasi ketika pendaftaran ulang. Aku tidak berani mencari kamar di luar kampus karena aku sendirian. Benar-benar sendirian dalam arti yang sebenarnya.
Aku tidak punya kenalan. Bahasaku juga limited edition. Sungguh, kondisi ini membuatku menangis di hari pertama datang ke Beijing. Aku masih shock dengan guncangan hebat pesawat, pendaratan darurat di Sepang, ketinggalan pesawat, ditipu supir taksi, terlambat daftar ulang, dan kekurangan uang kas. Sekarang masalahku bertambah. Tidak ada kamar kosong.
Lelaki yang menyapaku begitu selesai mengurus dokumen di bangongshi (kantor) memberi solusi tinggal di asrama yang sama dengannya. Dia malah menarik koperku dengan senang hati. Aku tahu dia berniat baik, tapi alarm bahaya di kepalaku terlanjur berbunyi. Aku menolak. Dia tidak memaksa.