Dalam hal potret diri atau self portrait, kebanyakan dari kita hanya berfokus pada wajah mereka. Ini tidak mengherankan, mengingat sifat kuat dari ekspresi, mata, dan angle/sudut pengambilan. Tanpa hal ini, kita khawatir potret tanpa wajah akan terlihat tidak menarik.
Pemikiran ini tidak sepenuhnya betul. Faktanya, potret tak berwajah dikenal karena kedalaman emosionalnya, komposisi memukau, dan detailnya yang luar biasa.
Masih ingat dengan karya spektakuler Murad Osmann? Influencer traveller yang terkenal dengan serial #followmeto di akun Istagram. Foto-foto ciamiknya di setiap landmark destinasi yang dikunjungi dengan istri tercinta “hanya” menampilkan bagian punggung sang istri.
Courtesy of Murad Osmann Instagram
Setelah saya perhatikan koleksi foto, ternyata banyak dokumentasi pribadi saya pun yang “tampak pungung”. Apakah saya ingin menyaingi Om Murad? 😆😘
Kebiasaan saya melakukan foto tanpa wajah atau juga dikenal sebagai Genre Faceless Portrait dipicu oleh penolakan. Tepatnya penolakan oleh anak sendiri.
Makin besar mereka makin sulit diminta pose kecuali atas kemauan sendiri yang sayangnya belakangan jarang terjadi. Padahal sebagai ortu selalu keingin mengabadikan momen sebagai dokumentasi.
Ternyata tidak semua orang merasa nyaman menampilkan wajahnya di dunia maya. Dan sebagai orang tua, saya harus menghargai pilihan tersebut.
On the other, every moment matters. Right?
Karenanya, salah satu menyiasati keengganan mereka difoto adalah dengan cara *drumroll* faceless photograph !
Dari namanya saja sudah ketebak ya; memotret tanpa wajah. Atau hanya sedikit menampakkan bagian wajah. Kira-kira yang seperti apa?
Angle dan Teknik Pengambilan
Berkat genre faceless portrait, saya punya beragam opsi dalam mendokumentasikan polah kami bersama anak-anak.
Membuat saya menjelajahi angle yang tidak biasa, memperhatikan detil, dan kreatif bereksperimen dengan pencahayaan natural serta belajar sabar menunggu momen yang WOW saat memotret a’la candid!
Fotografi mengenal banyak pilihan “angle” atau sudut pengambilan. Eye level, down look atau flat lay, frog eye, tampak belakang, dari samping; itu adalah contoh-contohnya dan sering saya praktekan.
Foto di atas adalah contoh sudut gambar angle dari samping dengan sumber cahaya membelakangi wajah saat hunting foto di Pasar Triwindu Solo.
Masih bermain-main dengan angle, saya mengabadikan wajah Anak Gadis mari dari arah samping namun dengan semi frog eye. Hanya sebagian sisi wajah bagian kanan yang terlihat dan sedikit frame kacamata yang nampak. Seperti yang terlihat pada gambar kanan bawah.
Efek Bokeh
Bermain dengan depth of field dan fokus pada sesuatu di latar depan, memungkinkan untuk membuat buramdi latar belakangnya. Coba turunkan f-stop pada kamera atau gunakan mode potret pada ponsel pintar Anda untuk mendapatkan efek bokeh.
Hal lainnya yang dapat digunakan untuk menutupi wajah adalah dengan penggunakan props.
Misalnya saat anak saya sedang memegang handphone.
Fokus kamera saya arahkan pada handphone, bukan pada wajah. Sebisa mungkin handphone dipakai sebagai media untuk menutup wajah. Sudut pengambilan eye level dengan titik api pada telepon genggam, memberikan efek blur pada wajahnya. Trik ini untuk mengalihkan pandangan kita ke arah telepon genggam, bukan kepada wajah.
Selain style, propsdapat membantu foto lebih bercerita.
Momentum
Angle lainnya adalah dari belakang. Entah sejak kapan, dalam banyak kesempatan khususnya saat berkumpul; saya prefer mengambil gambar secara candid dari arah belakang. Walau hanya tampak punggung, ternyata hasilnya pun seekspresif wajah pada umumnya. Body language atau gesture sang objek dari belakang pun ternyata mampu bercerita.
Faceless portrait yang hanya menampilkan penampakan punggung seringnya saya lakukan diam-diam alias candid tanpa diketahui oleh objek foto.
“A candid photograph is a photograph captured without creating a posed appearance. The candid nature of a photograph is unrelated to the subject’s knowledge about or consent to the fact that photographs are being taken.
Foto candid adalah foto yang diambil tanpa membuat penampilan berpose. Sifat candid sebuah foto tidak terkait dengan pengetahuan subjek tentang atau menyetujui fakta bahwa foto sedang diambil”
Gambar dengan ekspres natural ini yang saya paling sukai dari candid; tidak dibuat-buat, tanpa pose yang direkayasa.
Dua hal yang saya rasakan. Pertama, saya jadi terbiasa mengambil dengan teknik ini. Jadi belajar gesture dari belakang sekaligus belajar sabar menemukan the best moment saat candid.
Demi momen dari belakang, saya sering berada di posisi paling belakang jika bepergian bahkan sempat ketinggalan rombongan gara-gara kebiasaan ini. 😜
Teknik Long Shot
Pengambilan jarak jauh pun dapat menyembukan “wajah” kita. Biasanya tujuan pengambilan foto dengan teknik pengambilan jarak jauh ini adalah untuk mengangkat landscape sebagai background.
Elemen manusia lebih pada “pelengkap” saja.
Setelah saya coba, cara ini ampuh “menyembunyikan” wajah sementara kita bisa bersenang-senang dengan beragam gaya.
Bermain dengan Cahaya
Sembunyikan wajah dengan cahaya.
Over exposure bisa sama baiknya dengan under exposure. Jikalau fotografi sering disebut sebagai melukis dengan cahaya. Maka foto dengan cahaya minim, siapa tahu jadi gambar siluet yang keren. Who knows?
Saya sendiri masih belajar soal pencahayaan ini dan masih banyak “errornya” dibanding tingkat keberhasilan 😩
Detil
Faceless portrait atau potret tanpa wajah menuntut saya untuk mencari Point of Interest (POI) lain; seperti memperhatikan lingkungan, detail, dan komposisi.
Tanpa komponen itu, hasilnya mungkin terlihat tidak menarik. Karenanya permintaan ini, mendorong saya jadi lebih memperhatikan detil dan menjelajahi setiap kemungkinan yang akan tampil jika ditangkap kamera.
Menutupi wajah dengan benda-benda yang berada dalam keseharian semisal buku, telepon genggam, topi atau bagian tubuh seperti rambut atau telapak tangan. Sederhana bukan?
Looking Down Capture
Ini masih kelanjutan dari detil di atas.
Hingga kini masih sangat populer untuk ditampilkan dalam gambar. Perhatikan saja di Instagram terutama akun food dan still life style, akan banyak ditemui konsep look down atau #flatlay.
Mulai dari kondisi jalan yang kita lalui, pasir pantai yang kita pijak hingga memotret lantai yang menakjubkan. Bagi saya ini cara lain untuk ikut berbagi ‘pemandangan’ apa yang kita lihat dari sudut pandang kita sendiri.
Kesimpulan
Fotografi potret wajah tanpa wajah mengajari saya cara bercerita tanpa menggunakan ekspresi. Cara lain menghargai bagian lain dari diri sendiri dan lingkungan sekeliling. Belajar teknik pemotretan dengan sudut pengambilan yang tak biasa. Menjadi kreatif membuat foto padahal tidak diinginkan yang pada dasarnya adalah mengubah situasi yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Ternyata potret tak berwajah alias faceless photograph ternya sama istimewanya dengan potret biasa. 😉
Atau Readers punya pengalaman lain? Ditunggu sharingnya.