Kebanyakan sebuah novel cinta itu menonjolkan sisi romantisme dan kata-kata manis dari tokoh novelnya. Jalan ceritanya juga kadang bikin malu-malu kucing para pembacanya plus tokohnya yang hampir rata-rata tampan/cantik. Tapi bisa kebanyang nggak kalau ternyata tokoh utamanya ini toxic banget ke orang yang dia cintai bahkan orang sekelilingnya? Marah, gregetan, dan pengen banting bukunya ‘kan. Ini lah yang sebenarnya aku rasakan ketika membaca buku ini.
Review Wuthering Heights kali ini aku nggak akan terlalu fokus pada gaya bahasa atau struktur novel yang sudah banyak dibahas. Ada banyak hal yang bisa menjadi topik pembicaraan ketika membredel novel ini. Apa sebenarnya yang menjadi latar belakang dari novel ini? Subyektifitas pembaca dan tantangannya?