Dalam bulan Ramadan, ada dua aktivitas yang selalu dilakukan oleh kita, yaitu berbuka dan sahur. Sahur yang akan menjadi bekal perjalanan kita dari Subuh sampai magrib. Perbekalan itu pun harus mantap sehingga puasa yang kita jalani bertahan tanpa halangan yang besar. Oleh karena itu, menu untuk bersahur pun harus yang mengenyangkan dan bertahan lama.
Setelah belasan jam berpuasa, kita akan melakukan aktivitas lainnya yaitu berbuka. Saya yakin deh ketika berpuasa itu kita pasti kita tuh pengen masak ini dan makan itu. Wajar sih, sebab sudah kebayang deh lezatnya masakan yang dilihat di televisi dan berharap semua itu hadir di rumah.
Nah, biasanya saat berbuka puasa itu, salah satu hal yang ditunggu-tunggu0 adalah azan magrib. Saat seperti itu, kadang tingkah kita seperti anak-anak, pengen buka ini dan itu. Karena kita sudah mengalami hal yang seperti itu di masa kecil, tingkah itu tidak terlalu kentara.
Takjil Berbuka
Satu keluarga inginnya memilih menu yang bervariasi. Namun, sebanyak apa yang disebar, saya tetap saja memilih pempek. Itulah makanan penutup atau takjil yang sering ada dalam pikiran saya.
Jika dalam sebuah rumah ada 6 anggota keluarga, oengennya sih bikin takjil yang bervariasi dengan keinginan masing-masing anggota keluarga itu, ya. Namun, kayaknya itu hanya keinginan aja, ya. Sebab membuat panganan yang berjenis-jenis itu cukup menghabiskan waktu.
Perbedaan keinginan pada menu takjil pun terjadi pada keluarga saya. Si sulung ingin tekwan, bungsu ingin roti, si tengah ingin bakso, saya ingin pempek, dan suami sih ngikut aja. Nah, kalau sudah begini berabe, bukan? Maka, saya katakan untuk membuatnya dengan catatan satu hari satu menu takjil. Menu lain akan dibuat pada hari berikutnya.
Kesepakatan yang tak tertulis itu akhirnya disetujui oleh anak-anak. Ya, harus dong. Sayang banget kalau makanan-makanan itu tidak habis, mubazir. Saya sendiri termasuk orang yang sangat memegang prinsip ‘tidak mubazir’ dalam segala hal.
