Keguguran bisa menjadi suatu pengalaman yang traumatis bagi setiap Ibu serta keluarga. Tekanan emosional yang intens pun tak terelakkan, seperti sedih, kecewa, dan marah. Jika perasaan tersebut terjadi terus menerus dalam waktu yang lama dan tidak diatasi, Ibu bisa mengalami depresi dan gangguan stress pasca-trauma (post-traumatic stress disorder/PTSD).
2 dari 10 Ibu yang keguguran mengalami gejala depresi, atau kecemasan. Sebagian Ibu yang depresi, gejalanya bertahan hingga 1 – 3 tahun dan hal ini menyebabkan hilangnya semangat untuk beraktivitas.
Satu bulan setelah mengalami keguguran, dapat muncul gejala stress. Sama seperti depresi, stress juga membuat Ibu enggan bergerak sehingga sulit untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Berikut beberapa gejala stress, ialah:
Gejolak Emosi Yang Dirasakan Setelah Keguguran
Tidak ada siapapun yang dapat membendung perasaan sedih yang mendalam karena mengalami keguguran. Depresi dan stress merupakan bentuk akhir dari perasaan negatif yang tidak teratasi. Bagi tiap orang mengalami gejolak emosi yang berbeda-beda saat merespon keguguran. Waktu untuk bangkit dan move on dari kejadian traumatis itu pun berbeda-beda, ada yang berbulan-bulan, ada juga yang bertahun-tahun. Ada yang beberapa minggu setelah keguguran langsung merencanakan lagi kehamilan, tapi ada masih berkabung setelah kehilangan bayinya.
Beberapa gejolak emosi yang mungkin Ibu rasakan setelah mengalami keguguran, yaitu:
Tak penting seberapa lama mengandung bayi, tak ada yang boleh melarang Ibu bersedih setelah mengalami keguguran. Selama mengandung, penantian kedatangan buah hati, harapan, dan ikatan batin yang terjalin adalah hal yang natural terjadi pada Ibu. Jadi, wajar bila Ibu merasakan kesedihan karena kehilangan buah hati.
Perasaan kaget dan tidak percaya (denial) akan kejadian keguguran juga dialami semua ibu hamil. Bahkan, ada situasi dimana ibu hamil yang mengalami keguguran tapi tidak ada gejala, dan baru mengetahuinya saat melakukan kunjungan rutin. Betapa kagetnya Ibu karena hal tidak terduga terjadi.
Ibu merasa gagal dalam menjaga bayi sehingga muncul perasaan bersalah. Ibu atau mungkin orang disekitar berpikir, bayi yang gagal berkembang di dalam perut merupakan kesalahan dan keteledoran Ibu dalam menjaga bayinya. Pemikiran seperti ini tentu tidak benar.
Fase hidup pernikahan dan memiliki anak seringkali membuat sifat Ibu sedikit berubah sesuai dengan keadaan sekarang. Saat Ibu hamil, harapan akan identitas baru pun terbentuk sebagai orang tua. Wajar bila Ibu merasa hampa setelah kejadian keguguran. Di lain sisi, kehampaan juga dapat Ibu rasakan karena secara tiba-tiba aktivitas atau hal – hal yang dialami selama hamil tidak lagi dilakukan.
Menjadi calon orang tua juga hal yang cukup melelahkan. Selama mengandung, banyak hal yang dapat terjadi di luar kendali kita. Satu-satunya hal yang dapat Ibu kendalikan adalah menjaga stamina, kesehatan, dan mempersiapkan tubuh Ibu sebaik mungkin. Tapi, seringkali hal ini dilupakan dan Ibu jadi hilang kendali karena telah kehilangan sesuatu yang berharga. Kenyataan pahitnya, tidak ada jaminan pasti terhindar dari keguguran. Hanya usaha terbaik yang dapat Ibu lakukan untuk menjaga bayi Ibu.
Rasa takut dan gelisah mengalami keguguran lagi membuat Ibu jadi ragu untuk merencanakan kehamilan. Beberapa Ibu takut untuk melalui fase kehamilan lagi karena kejadian keguguran terlalu traumatis bagi Ibu. Cobalah untuk menceritakan ketakutan Ibu ini pada orang terpercaya, atau dokter.
Sulit menerima kenyataan yang dihadapi, terkadang membuat Ibu iri, cemburu, kesal, dan tidak senang saat orang lain mengumumkan kehamilan dan kelahiran anaknya. Tetapi, memupuk perasaan ini terlalu lama tidak baik untuk kesehatan mental Ibu. Selain itu, orang lain juga akan merasa tidak nyaman dengan keberadaan Ibu yang terlalu menunjukkan perasaan cemburunya. Oleh karena itu, jangan terlalu keras dengan diri sendiri dan ambil waktu untuk memulihkan diri. Salah satu pengingat yang sekiranya dapat membantu Ibu mengatasi cemburu adalah ada Ibu lain di luar sana yang juga mengalami hal yang sama dengan Ibu.
Ada banyak faktor yang menyebabkan Ibu jadi tidak percaya diri lagi setelah mengalami keguguran. Entah faktor penyebabnya dari dalam diri sendiri karena pikiran Ibu, maupun dari luar diri seperti keluarga, teman, dan orang lain. Akibatnya, Ibu jadi merasa kurang akan keadaan tubuh Ibu. Jangan biarkan hal ini terus berlanjut, dan bila perlu mencari pertolongan pada dokter.
Saking kaget, takut, sedih, dan perasaannya campur aduk, Ibu malah jadi bingung dengan keadaan yang dihadapi. Ibu tidak tahu bagaimana harus menyikapi peristiwa keguguran ini sehingga butuh waktu untuk memproses semuanya.
Kehilangan sesuatu yang berharga wajar bisa timbul perasaan kesepian. Bahkan, orang terdekat (suami/keluarga) sekalipun tidak terlalu bisa memahami perasaan kehilangan sesungguhnya yang Ibu rasakan. Pemikiran ini yang menyebabkan Ibu merasa kesepian setelah keguguran.
Akui dan Hadapi Gejolak Emosi Yang Sedang Dialami
Gejolak emosi yang Ibu rasakan adalah nyata dan valid. Menghindari perasaan tersebut tidak akan membawa Ibu pada pemulihan agar bisa bangkit lagi setelah keguguran. Maka dari itu, bukan orang lain, tapi Ibu yang perlu untuk mengakui dan menghadapi perasaan ini. Berikut beberapa cara yang bisa Ibu lakukan secara perlahan:
Kesedihan bukanlah suatu hal yang harus ditutupi. Ibu tidak perlu merasa bersalah dan memaksakan diri untuk bahagia. Kenyataannya, keguguran memang hal yang membuat patah hati. Tapi, terlarut dalam kesedihan juga tidak baik untuk kesehatan mental karena dapat berujung pada depresi, atau PTSD. Jika merasa sulit untuk mengatasi depresi, trauma, stress, atau gangguan emosi, sebaiknya Ibu mencari pertolongan psikolog agar dapat mendapat penanganan yang tepat.
Beberapa Ibu menggunakan beberapa cara untuk mengenang bayi mereka sebagai tanda telah ikhlas melepas kepergian bayinya. Cara tersebut, diantaranya:
Mengalami kejadian keguguran terbilang cukup traumatis bagi Ibu. Akan lebih mudah menghadapi peristiwa ini ketika tahu cara untuk mengungkapkan perasaan yang sedang Ibu alami. Salah satu caranya adalah membuat jurnal atau buku harian agar Ibu dapat menggambarkan perasaan dengan lebih jelas. Ada juga yang berbicara dengan orang lain terkait perasaannya agar lebih jelas dan mendalam. Jika Ibu merasa kesulitan melakukan hal tersebut, cobalah untuk memanfaatkan layanan konsultasi online atau komunitas virtual
Emosi negatif dapat mempengaruhi kualitas tidur Ibu. Bila Ibu merasa sulit untuk tidur, cobalah beberapa hal di bawah ini:
Saat mengalami kesedihan, bisa jadi membuat Ibu jadi kehilangan nafsu makan. Nutrisi yang tidak terpenuhi akan melemahkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan. Berikut beberapa tips memiliki pola makan sehat:
Hindari hal-hal yang membuat Ibu ‘mati rasa’ terhadap rasa kehilangan yang dialami, seperti minum alkohol, merokok, atau memakai obat-obatan terlarang. Hal itu hanya bersifat sementara dan akan memperburuk kesedihan yang Ibu alami setelah efeknya hilang
Di saat-saat sulit ini, Ibu dan suami membutuhkan dukungan satu sama lain agar berjuang menghadapi trauma, stress, dan depresi yang dialami. Ibu bisa mencoba mencari komunitas agar dapat mengobati rasa kehilangan yang dialami.
Waktu Yang Tepat Untuk Merencanakan Kehamilan Setelah Keguguran
Tidak mudah memutuskan untuk merencanakan kembali kehamilan setelah mengalami keguguran. Pada dasarnya, periode menstruasi pertama terjadi 4 – 6 minggu setelah keguguran. Tapi, bila Ibu sudah memutuskan, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter supaya dapat mengecek kondisi tubuh Ibu secara menyeluruh. Selain itu, Ibu juga perlu memastikan bahwa keadaan mental dan emosional Ibu sudah cukup siap untuk menjalani proses kehamilan lagi. Oleh karena itu, alangkah baiknya bila Ibu merencanakan kehamilan lagi setelah keguguran dengan kondisi fisik tubuh dan mental sudah sehat.
Yang Harus Dilakukan Bila Trauma Berlangsung Sangat Lama dan Mengganggu Aktivitas
Kejadian keguguran memang hal yang tidak dapat dihindari, tapi itu sudah terjadi di ‘masa lalu’. Perasaan takut, trauma, tak berdaya, adalah hal yang wajar. Jangan biarkan diri Ibu terlarut dalam emosi itu karena di luar sana, sebagian besar wanita yang mengalami keguguran juga memiliki kehamilan sehat di kehamilan selanjutnya.
Usahakanlah perlahan-lahan untuk tetap bangkit kembali dan memiliki pikiran positif, meskipun terasa sulit. Cobalah untuk tetap berpikir positif dan yakin akan memiliki kehamilan normal.
Selain itu, Ibu juga harus mulai fokus merawat diri dan mengurangi terpapar hal yang dapat membuat Ibu khawatir. Persiapkan lagi tubuh Ibu di kehamilan ini dengan makan sehat dan menjaga berat badan. Hindari rokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang serta mulai terapkan olahraga rutin. Jangan ragu untuk konsultasi dengan dokter terkait rencana kehamilan yang ingin Ibu lakukan yaa!
Jangan lupa sebarkan artikel ini agar Ibu yang lain juga termotivasi dan mendapat dukungan!
Referensi