Perempuan itu terduduk mangu di pojok ruang kerja berukuran tujuh meter kali tujuh meter. Tidak disangka semesta masih memberi kesempatan kembali bertugas, melayani, dan mengobati. Dia bukan menyembuhkan. Tuhan yang menyembuhkan. Tapi dia alat, tuk jadi perpanjangan tangannya Tuhan.
Pagi itu, surprisingly, semesta mengizinkannya kembali bertugas di klinik. Cuaca pagi sangat cerah, seperti nyanyian semesta yang selalu sempurna. Berjalan menyusuri trotoar cipinang setelah mengeprint beberapa laman dokumen perjanjian kerjasama dengan brand sponsor, kemudian kembali duduk di kursi kerja yang di belakang kursinya tergantung melingkar sebuah jas putih. Sambil tersenyum penuh arti ia mengambil secangkir kopi hangat yang disediakan. Menyesap..seraya mengetik tulisan ini disela-sela pasien yang hilir mudik. Membiarkan dirinya separuh tenggelam dalam artikel ini, di sebuah lautan halaman blog yang berjudul separuh februari.
Baca Selengkapnya
Visit Blog