Lubna tidak hanya belajar dan menghafalkan AlQuran sebagai dasar, mengkaji ilmu fikih hingga Lubna disebut sebagai ahli fikih di mazhab Maliki. Namun ia juga belajar ilmu pengetahuan lain. Lubna sangat tertarik pada ilmu matematika, yang saat itu ia kenal melalui ilmu faroidh yang menggunakan aritmatika dan aljabar ketika mempelajarinya.
Lubna dari Cordoba ini pada mulanya ketika masih menjadi murid di dalam istana, ia juga bertugas sebagai penyalin naskah. Jadi dia menyalin berbagai naskah untuk diperbanyak. Selain itu beliau juga dipercaya untuk menerjemahkan berbagai naskah dari berbagai disiplin ilmu dari berbagai bahasa.
Karena Abdurrahman III sendiri juga berambisi untuk menyaingi Baitul Hikmah yang ada di Baghdad (putra Harun Ar-Rasyid sangat giat menerjemahkan kepustakaan dari Yunani, Persia, India, dan lain-lain). Lubna menjadi salah satu pelopor di Cordoba dalam aktivitas penyalinan naskah.
Lubna juga ditunjuk sebagai pemimpin untuk penyalinan naskah itu sendiri. Lalu pada masa Al Hakam II, Lubna menginisiasi untuk pengadministrasian naskah-naskah yang sudah disalin menjadi perpustakaan Madinatus Zahrah. Hingga akhirnya perpustakaan Madinatus Zahrah memiliki koleksi 400.000 buku dari berbagai macam bidang keilmuan yang bisa diakses oleh ulama dan cendekiawan.