Saya bahagia di momen pertama status ibu tersemat. Kehidupan baru bayi mungil itu memberi kehidupan baru pula bagi saya, wanita beruntung yang melahirkannya.
Namun siapa sangka, tak beberapa lama setelahnya, saya malah kelihangan semua yang telah susah payah dibangun, yaitu jati diri saya!
Status ibu menjadi beban baru yang nyaris membuat saya tak mampu lagi hidup dengan sehat, baik fisik maupun psikis. Saya bagai kehilangan impian, semangat, kepercayaan diri, ambisi, pergaulan, serta keinginan mengembangkan diri yang saya tahu bahwa semua itu adalah segala hal yang “saya banget” sebelumnya.
Saya pernah berasa di titik ini.
Ah, kamu hanya tidak pandai bersyukur. Jadi ibu ya begitu, mana ada waktu lagi untuk diri sendiri.
Ah, kamu lebay. Yang jadi ibu bukan cuma kamu. Lihat tuh ibu lain biasa saja.
Ah, kamu terbiasa manja. Sekarang giliran ada anak yang harus diasuh, jadinya stres.
Itu yang saya dengar. Kehilangan jati diri itu pun bertambah dengan kehilangan dukungan.
Sulitkah? Tentu!
Kehidupan ibu yang saya bayangkan penuh tawa, yang terjadi malah sebaliknya. Mungkin bagi yang tak pernah merasakan, cerita saya ini wajar dianggap berlebihan. Tetapi bagi saya dan ibu-ibu lain yang mengalami, ketidaknyamanannya cukup membuat hidup tak karuan. Bahkan untuk bangun tidur pun enggan.