“Mau sekalian asuransi, Pak?” Inilah kalimat yang langsung terlintas dalam pikiran saya. Hampir saja tawaran itu kami tolak karena merasa tidak butuh. Terlalu percaya diri bahwa dengan mengendarai mobil pelan-pelan dan ekstra hati-hati bisa melenyapkan risiko kecelakaan. Lagi pula mobilnya juga masih baru, mana mungkin rusak di tengah jalan? Tapi kenyataannya apa? Tiang yang terlihat jelas dan hanya diam di tempat saja bisa tertabrak. Untung kerusakan mobil di-cover asuransi, meski syok, masih ada hal yang disyukuri.
Kejadian mobil baru yang ringsek ini membuktikan bahwa asuransi bukan hanya sekadar membayar premi atau berinvestasi, namun ada ketenangan yang diberi sebagai manfaat yang jarang disadari.
Tidak terbayang betapa banyak biaya yang akan kami keluarkan bila tidak memiliki asuransi kendaraan. Apalagi saya sedang hamil besar saat kejadian. Tabungan untuk lahiran sudah dipersiapkan dari jauh-jauh hari, mana mungkin menguap begitu saja karena kejadian tak terduga?
Pikiran saja lebih jauh menerawang dengan berbagai kekhawatiran. Mobil yang bermasalah saja biaya perbaikannya bisa sangat mahal, apalagi kalau tubuh saya, suami atau anak kami nanti yang bermasalah? Tentu biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar. Sudah jelas, asuransi ini harus kami tambah untuk melindungi seluruh keluarga demi kestabilan keuangan di masa depan.