Dua-tiga minggu terakhir saya sedang excited dengan project santai bersama dua orang teman yang lain. Berhubung project-nya beneran santuy, jadi ya memang belum dirilis. Mudah-mudahan saja bisa launching dalam waktu dekat dan walaupun santuy tapi semoga tetap bisa konsisten. *Aamiin*
Dari project tersebut, sempat ngobrol-ngobrol dan nyerempet pembicaraan tentang media sosial (medsos).
Sejujurnya, saya pribadi juga akhir-akhir ini sering merasa exhausted setiap kali membuka medsos. Rasa-rasanya, stok kebahagiaan semakin terserap olehnya. Bagaikan Dementor saja. Bedanya, Dementor mirip jailangkung, datang tak diundang, pergi tak diantar. Sedangkan medsos, kita sendiri yang seringnya dengan sadar dan sengaja mendekatinya. Ckckck.
Padahal, sudahlah akhir-akhir ini sumber kebahagiaan tampak berkurang di mata saya, mampir ke medsos tambah berkuranglah tangkinya. Entah karena bawaan kecemasan berada dalam masa pandemi, entah karena mungkin memang medsos yang saya mampiri aja yang ‘beracun’. Apakah memang kecenderungan manusia itu menjadi masochist? Sudah tau tidak baik buat kesehatan (jiwa-raga), malah tetap didekati.Ckckckck (lagi).
Sepertinya bukan saya saja. Tampaknya belakangan ini semakin banyak juga orang di sekitar saya yang tangki kebahagiaan dalam dirinya mulai kosong. Dan selayaknya orang yang sedang haus, tangki tersebut juga seperti ‘minta’ diisi dengan bermacam cara, sesuai interpretasi pemiliknya.