Menulis adalah terapi penasihat diri, menjadi perekam jejak rasa, dan penghimpun memori cerita.
Saya ingat betul saat SD kelas dua, saya pernah mengikuti lomba ‘calistung’ alias membaca, menulis, berhitung. Tiga komponen dasar yang selalu digunakan sebagai alat belajar siswa sekolah dasar. Kala itu, saya harus mampu membaca sebuah teks secara cepat dan jelas—juga mampu menangkap informasi yang ada di dalam teks. Setelah membaca, saya juga harus mampu menulis dengan rapi. Semakin saya tumbuh dan berkembang, dua aspek tersebut (tanpa mengesampingkan aspek ‘berhitung’) adalah dua hal yang saling berkaitan dan sangat penting dalam kehidupan.
Menulis adalah terapi penasihat diri merupakan usaha saya menulis hal-hal bermanfaat, baik untuk diri saya maupun orang lain. Hal-hal bermanfaat tentu tak hanya karya tulis ilmiah, tetapi tentang pengingat maupun informasi sederhana yang saya tulis di feed instagram, instastory, blog, dan media-media lain. Tulisan-tulisan tersebut memberi jejak (terkhusus bagi saya) karena di masa mendatang saya masih bisa membacanya; mengingat ulang informasi dan tak jarang menasihati diri.
Menulis adalah perekam jejak rasa merupakan usaha saya merekam semua hal yang saya rasakan, biasanya digunakan sebagai cara self-healing. Emosi dapat tersalurkan dengan baik, juga kelak beberapa hari, bulan, atau tahun kemudian, saya bisa kembali membacanya sebagai pelajaran. Usaha merekam jejak rasa juga saya lakukan untuk mengkritik hal-hal yang tak saya setujui, tentu hal ini lebih baik daripada saya pendam di dalam kepala saya.
Menulis adalah penghimpun memori cerita merupakan usaha saya menghimpun cerita yang telah saya alami, pun menghimpun cerita-cerita yang saya dapatkan dari orang lain. Dalam hal ini, saya tak hanya membagi ‘kisah’, tetapi juga membagi ‘berita’. Tentu menghimpun cerita yang saya maksud adalah cerita yang valid, bukan rekayasa.
Selain ketiga fungsi tadi, menulis bagi saya adalah menyampaikan kebenaran; baik berupa tulisan rekaan yang diejawantahkan melalui karya sastra ataupun berupa tulisan faktual. Tulisan-tulisan yang akan abadi dan memberi jejak manfaat. Semoga.