EMPAT BOTOL BIR, sebungkus rokok tembakau dengan asapnya yang terkepul-kepul merubungi mereka mendaraskan malam Minggu Flo dan Peter menjadi malam yang panas.
Panas oleh amukan-amukan teredam yang takkan pernah menjumpai muara sesungguhnya. Panas oleh buncah emosi yang meletup-letup dari lisan si perempuan, dan ditimpali sang lelaki dengan ketabahan luar biasa.
“Brengs***-brengs*** sok tahu dengan mulut petasan banting itu seenaknya mengataiku. Hanya karena aku jalan dengan banyak lelaki, mereka anggap aku yang paling berdosa. Heh, mungkin aku memang jal*ng tapi asal mereka tahu, itu bukan hal paling buruk yang bisa kulakukan! Aku bisa saja berencana menyusup ke kamar mereka dan mencincang lidah-lidah itu!”