Sepotong roti tak lagi bersanding dengan embun pagi, ia tumbuh di antara tulip biru yang gugur
Harumnya tak lagi menyatu dengan kopi, ia bertabur di antara bulir salju musim dingin
Serupa,
Rasamu tak lagi sama.
Apa kau sadar,
Dalam setiap dentum waktu, aku mengapung di antara gelombang air yang tenang
Kadang tenggelam, kadang kau tenggelamkan
Tapi bolehkah aku senang?
Sebab bersama ikan-ikan, aku menari dengan elok suaramu
Apa kau sadar
Dalam naungan elegi paceklik, aku melamun di atas daun-daun kelor yang tebal
Sempat terjatuh, pun kau buat terpuruk
Tapi bolehkah aku senang?
Sebab bersama akar-akar, aku berkilau dengan sorot mercusuar—yang kau bangun tinggi menjulang
Apa kau sadar?
Dalam seratus kilometer diri berlabuh, aku melompat diantara gili-gili laut
Sesekali berlayar, bermetamorfosa menjadi nelayan Tanjung Perak
Tapi bolehkah aku memanggilmu, ‘tuk duduk disampingku sembari menyantap roti maryam?
Atau bila kau mau,
Aku akan membawamu mengarungi bumi hingga hatimu berlabuh.
With love, Tara.
Baca Selengkapnya
Visit Blog