“Apa pun yang terjadi pada Jack, SP selalu menemani, memahami dan memaafkan, lengkap dengan aroma rumah yang menenangkan, yang selalu kembali, seberapa sering pun Mum mencucinya.”
Jack sangat menyayangi mainan lamanya, Si Piggy (disingkat SP), yang selalu menemani di saat senang maupun sedih. Namun, pada satu Malam Natal, justru ketika Jack sangat membutuhkannya, SP hilang. Tapi bukan Malam Natal namanya bila tidak terjadi keajaiban: yang mati menjadi hidup… termasuk mainan. Mainan Jack yang baru, Piggy Natal, yang seharusnya menggantikan SP, dengan gagah berani mengajak Jack turun ke Tanah yang Terhilang untuk mencari dan menyelamatkan sahabat terbaik yang pernah dimiliki Jack itu.
“Malam Natal adalah malam untuk mukjizat dan semua yang hilang.”
Saya senang sekali ketika tahu JKR menulis novel lagi setelah Harry Potter, di luar The Ickabog dan buku-buku detektif dewasa yang menggunakan nama pena Robert Galbraith. Tidak tahu kenapa ya, saya belum tertarik membaca The Ickabog, tapi begitu melihat sampul The Christmas Pig, wah… saya semangat! Sampulnya cerah dan tampak menyenangkan, dan si Piggy Natal terlihat sangat imut! Begitu saya melihat versi terjemahannya, langsung deh saya beli.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa saya memutuskan beli terjemahan, bukan yang asli (berbahasa Inggris) saja? Yah, terus terang, karena awalnya saya masih berhati-hati. Tidak sedikit pengarang yang luar biasa hebat menulis satu genre, satu buku, atau satu serial tertentu, tetapi merosot drastis begitu melebarkan sayap. Saya belum mau buang duit ekstra untuk buku yang masih meragukan. Harga terjemahan kan pastinya lebih murah, hehe. Lagipula, yang menerjemahkan toh GPU. Saya percaya dengan hasil terjemahannya, yang telah sukses menghadirkan semesta Harry Potter dalam bahasa Indonesia sebaik buku aslinya. Jadi, win-win buat saya.