SEL-SEL DI DALAM kepala saya memelihara masa lalu secara kelewat aktif. Berbagai kenangan diperangkap, lalu dilesakkan ke dalam laci-laci almari. Ketika ingin mencari, saya bisa membuka masing-masing laci. Akan tetapi, di waktu yang tidak pasti, terkadang mereka pun memberontak sendiri untuk mendobrak sunyi. Meminta dibuka dan ditengok barang sekejap saja.
Terkadang pemberontakan itu terlalu wagu. Membuat sang pemilik kepala jadi rindu, lalu tergenang dalam kenangan akan momen-momen dahulu.
Sebagai warga Muhammadiyah, hari pertama puasa sudah kami jalani sejak tanggal 2. Momen puasa yang sunyi beberapa tahun belakangan membuat saya ingin kembali pada saat-saat duduk melingkar di atas karpet dan bercengkerama dengan keluarga besar untuk menjalani sahur dan berbuka puasa bersama. Kemudian hal ini beralur mundur pada rasa rindu akan keceriaan dan segenap ke-riweuh-an ramadan dengan tuntutan untuk antri tanda tangan imam dan khatib bersama puluhan anak lain. Disusul rindu menghadiri pagelaran musik religi sebagai peserta dan/ atau panitia, sejak zaman sekolah dasar hingga kuliah. Pagelaran itu masih rutin diadakan setiap jelang ramadan, tetapi hilang segera setelah pandemi melanda dan memperibet segala urusan yang melibatkan perkumpulan orang banyak.